At least, we’re AT THIS now.
Lulus pendidikan menengah atas lalu masuk ke jurusan bahasa inggris benar-benar seperti keluar lubang buaya masuk ke kandang singa. I’ve been desperate about this major since long, I mean, ada alasan kenapa aku menghindari belajar bahasa karena setelah lama berprogres, kemampuan bahasa inggrisku masih dibawah standar.
Thanks to UTBK yang mengarahkan kehidupan ini ke takdir yang seperti sudah ditentukan. I’m here right now, struggling with english.
Maksudku, ayolah… Kenapa dulu aku tidak memilih jurusan sesuai minat either DKV atau jurusan yang butuh kritisasi seperti hukum atau HI, yang dengan penghafalan, mind map, dan simplified theory bisa menghasilkan jalan SKS. Jurusan skill yang kamu tidak ber-skill didalamnya membuat kamu terlunta-lunta untuk menjadi hebat dalam semalam. SKS? Lupakan.
Looking to the present time, sebenarnya aku tidak terlalu menyesal masuk sastra inggris karena skill nomer satu yang dibutuhkan orang-orang sekarang adalah kemampuan inggris yang baik. It’s like opressing me to learn english, no matter how fond I am with other subject. I was believing that to be good in english is easy. Go abroad, to a place where your environment speaks english. It’d drive you to speak english no matter if you are able or not. Padahal analogi itu mirip dengan apa yang sedang kuhadapi sekarang. Dengan catatan aku tidak di luar negeri, dan berhadapan dengan seorang speaker yang juga dosen sendiri kadang kali membuat aku keringat dingin.
Tapi jika kupikir-pikir, jauh jalan yang ku tempuh sekarang saat mempelajari bahasa inggris, adalah perkembangan pesat setelah bahasa arab aku dalami hampir sampai puyeng dan mati-matian juga. Barangkali belajar inggris selama 4 tahun belum setara belajar arab yang kupelajari sekitar 5 tahun lebih. Semakin dewasa, tuntutan belajar harus semakin cepat, tidak dimanja-manjakan lagi dengan guru pengayom nan baik hati dan toleransi atas kemauan yang lemah untuk belajar.
Karena itu, aku mengapresiasi perjalanan belajarku hingga akhir ini. Setidaknya, aku sudah berprogres hingga titik ini.
كأنَّ الْكَلَامَ لَمْ يَكُ شَيْءً غَلِيًا إِذَا لَمْ تَعْرِفْ الْمَعْنَى الدَّاخِلِيْ مِنْهُ
yang diatas itu bukan dalil, bukan hadis ataupun potongan ayat Al Quran. Diatas itu sepotong uslub yang kubuat sendiri. Aku masih paham bahasa arab! Masih lancar berbicara seperti itu.
Setidaknya kita sudah sampai disini. Aku mengapresiasi diriku.