Core of Your Life; Yang sering bikin kalian miskonsepsi tentang hidup.

Intan Sofia Rahmah
3 min readSep 28, 2021

--

Dibandingkan badan sebenernya otakku lebih banyak olahraga, bahkan hampir lebih produktif dari badannya, sampai kelelahan, dan tidak mau berfikir lebih banyak lagi. I’m too over thinking about whys and whats of all matters on screen, so I don’t give a chance for my eyes to see my environment. Suck with this thing, I just thinking a nonsense. I forget that lihe is not only containing a brain and my fingers to type. I cannot discuss about everything. I need to do something with my muscles.

Kalau hidup itu core nya adalah ibadah, kenapa Allah nggak nyuruh kita sholat satu jam sekali dan disuruh baca quran aja sepanjang hari? Tapi nyatanya Allah nyuruh kita baik ke tetangga, nyuruh kita bekerja, nyuruh kita bersedekah dan bantu orang…

Kalau hidup tentang cara meningkatkan kapasitas diri, kenapa kita harus peduli dengan orang? Karena hidup nggak cuman sendiri. Ada orang di sekeliling, ada lingkungan yang perlu dirawat, ada binatang yang perlu dikasihi.

Hidup nggak cuman tentang diri sendiri. Kalau misalkan pertanyaan kita, kenapa aku begini atau begitu, saatnya kita melihat sekeliling, ada apa dengan lingkungankku? Apa aku sudah memberikan dampak yang baik bagi sekelilingku?

Karena kebanyakan amalan yang di hisab adalah tentang muamalah dengan orang lain, harusnya kita juga berfikir bagaimana representasi pribadi terbaik adalah dari tingkah laku, tidak cukup dengan betapa banyak prestasi yang diraih, atau seberapa hebat seseorang. Meski agak sarkas mengatakannya, tapi bahkan amalanmu berupa sholat paket lengkap (wajib plus sunnah) dan seabreg ibadah yang kau lakukan sendiri belum cukup jika meninggalkan kewajibanmu terhadap lingkungan sekitarmu.

Lingkungan tidak usah jauh-jauh. Ada rumah yang perlu dibersihkan setiap hari, ada orangtua yang perlu kau hormati, ada barang-barang yang perlu kau rawat agar tetap berfungsi dengan baik, ada tempat tidur yang perlu dicuci seprainya dan diganti dengan yang lebih baik. Sesederhana itu, jika belum bisa maju ke yang lebih besar.

Maka jika ditanyakan kenapa kamu belum sukses hingga sekarang, mungkin karena terhadap hal kecil saja kamu acuh untuk kamu urus. Sisanya kamu hanya sebongkah pemalas yang selalu berharap dan gambling dengan nasib sambil berharap-harap. Yang pemalas itulah yang hanya bisa meminta dan egois memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tapi tidak mau memperhatikan tetangga. Jangan jauh ke tetangga dulu deh, di rumah sendiri, sudah jadi orang yang baik ke anggota keluarga?

Jadi orang yang baik sama orang yang terdekat. Jangan jadi pemalas, berarti jangan egois atas kepentingan pribadimu saja. Berapa banyak hadis tentang berbuat baik ke tetangga untuk menunjukkan kalau akhlaqukl karimah itu penting.

Akhlaq cakupannya apa saja? Kebersihan, kemandirian, kepedulian, keapihan, keteraturan, dan mungkin kalau diurutkan yang terakhir adalah bagaimana cara bersikap dalam lingkup sosial. Jadi cakupan khuluq itu luas sekali gaes… Jangan mandet di ‘yang penting gw baek kalo ketemu orang’. Ya iya si baek, tapi abis itu lo malah jadi sebongkah beban negara dan keluarga.

Intinya, pribadi yang mulia, yang luhur khuluq-nya, tidak muluk-muluk di area sosialisasi di lingkungan luas. Cara seseorang memperhatikan kehidupannya yang remeh temeh, dari tidak malas, memperhatikan kebersihan sekitar, hingga membantu orang tua, itu tidak dipungkiri sebagai step pertama bertetangga yang baik, dan tidak diragukan lagi sebagai bagian dari ibadah. Karena menjadi pribadi dengan akhlaqul karimah adalah alasan kenapa Rasulllah diturunkan. Dan jangan lupa, akhlaq termasuk dari apa yang Allah hisab nanti setelah kematian.

--

--

No responses yet