Selamat tinggal 2021
Di umur berapa masing-masing dari kita menjalani tahun 2021 ini? Tak bermakna umur, namun tahun ini pasti meninggalkan lebih banyak memori, atas banyak hal yang terjadi.
Pasang surut pandemi tahun 2021, melanjutkan cerita pada tahun 2020. Setengah dari tahun 2020 barangkali dihabiskan dengan kepanikan, jujur saja belum siap dilindas pandemi, dan ketika kita tidak berpikir akan mampu melewati tahun yang lebih panjang dengan keadaan serupa, nyatanya tahun 2021 dalam tinggal hitungan jam akan segera berlalu. Tahun yang menyakitkan sekaligus tahun penyembuhan.
Cerita semester dua dan semester tiga kuliahku yang bismillahi tawakkaltu ini malah punya sisi yang menarik perhatian. Dari semua dukungan hingga judgment yang menjatuhkan, saling simpang siur hingga tak ada lagi yang bisa diusahakan selain dengan mantera ‘jalani saja’… Toh memang benar kata-kata sarkastik itu, yang penting, gelarmu S1 dulu saja. Sisanya mengikuti.
Kalau di rewind pun, berapa banyak yang kuhabiskan pada tahun ini? Pelatihan JCC, proyek ngawur KMMI, segala proyek pribadi yang pasang surut, mimpi yang ngadi-ngadi, berbagai macam overthinking tidak jelas, dan masalah orang dewasa yang merasa bersalah karena masih bergantung pada biaya orang tua sedangkan list kebutuhannya sudah mulai menumpuk.
Dan tahun ini sebenarnya list kebutuhan itu tercicil, yang dengan sedihnya, atas biaya orang tua juga.
Kalau boleh bercerita bagaimana perjuangan anak kunti (kuliah, nonton, tidur) ini di rumah, maka dia hanya sebongkah anak yang berdamai dengan banyak kemauannya.
Cerita impianku sebelum masuk kuliah itu lumayan tersusun banyak. Dari mulai cari-cari sumber cuan, relasi, being a professional photographer (or documentator exactly), getting in organizations, seeking to achieve scholarship, dll. Tapi jawabannya, hingga sebelum UKT semster 4 ini terbayar, cara orang-orang mencari cuan lewat digital ini meninggalkan aku dan orang-orang lain yang masih ketinggalan zaman, lalu relasi digital yang mukanya saja kita tidak tahu mulus karena filter atau aslinya, atau seorang dokumentator seisi rumah yang tahu kapan saja semut-semut dirumahnya keluar sarang, juga organisasi online yang membuat anggota apatis dengan pertanyaan singkat tentang progres dari sang ketua, hingga syarat ngadi-ngadi beasiswa yang makin sulit diraih dengan persaingan gila orang-orang di dunia digital ini.
Selain kemudahan kuliah tidak jelas ini, semua tentang kehidupan universitas tidak ada serunya sama sekali. Bukan seru, kadang tidak berarti sama sekali.
Yah… berkata tentang pahit nya situasi seperti itu bagiku sudah kenangan lama, dan sekarang tulisan ini menjadi lebih lancar karena semakin lama bulan-bulan itu berlalu, kondisi mentalku semakin membaik. Berkata bahwa itu semua sama saja, dan hanya sesuatu yang di pending untuk kedepannya. Entah di dalam perkuliahan atau bukan, kita pasti hidup di lingkungan sosial. Aku tidak khawatir sama sekali tentang kuliah zaman pandemi ini hari ini.
Selamat tahun 2022, bagaimanapun, semoga semuanya menjadi lebih baik.