“Tetaplah hidup meski gak guna”; My response: Mati aja….

Intan Sofia Rahmah
4 min readNov 23, 2021

--

I may know how this feeling. Rasa nggak berguna karena sudut pandang yang membuat kita lost confidence, nggak bangga sama diri kita, dan yang paling jelas yaa merasa bahwa diri kita nggak berguna. Kalau sudah ada kalimat ini, biasanya penulisnya sudah merasa di titik terendah sama diri sendiri, sehingga membuat pernyataan untuk tetap bertahan hidup, meski tanpa alasan sedikitpun. Cukup pesimis, dan cukup menyemangati untuk tetap hidup (ehehehe).

Meski kata-kata itu hanya lewat selentingan di twitter, yang mungkin maksud para pencuitnya juga tidak terlalu serius, dan hanya asal jeplak, tapi kata-kata yang keluar dari mulut atau ketikan tetap saja sebuah statement. Sebagai orang yang kemarin juga mati-matian untuk mempertahankan alasan kenapa hidup ini berharga, I just want to share my thought, biar kita sama-sama bertahan dan tidak membiarkan diri kita menjadi orang yang tidak berguna selama kita hidup.

Pertama, dari segi kehidupan itu sendiri. Negara Jepang, sebagai negara dengan tingkat bunuh diri yang cukup tinggi membuat aku sadar kalau kebanyakan pemikir bisa mempertanyakan kenapa dia hidup dengan keadaan yang menyakitkan. Well, guys, kondisi menyakitkan ini general untuk semua kalangan. Bahkan orang kaya saja bisa merasa kalau dirinya tidak bahagia. Carilah semua orang yang tampaknya paling bahagia di dunia, semuanya pasti pernah kesakitan, baik secara mental, ekonomi, fisik, pikiran, dan lainnya. Tidak peduli muslim, konghuchu, kristen, budha, hindu, semuanya pasti pernah suffered di dunia ini. Why? Ya karena kita masih di dunia. Disini bukan surga yang semuanya menyenangkan. Semua orang pasti mencicipi pahit dunia, tidak terkecuali.

Kalau kamu sakit, kamu nggak sakit sendiri. Jadi pasti ada part hidup kita yang tidak bahagia. Tapi selain itu, banyak part hidup kita yang sebenarnya membahagiakan, yang barangkali kita lupa saja untuk mengingatnya.

Secara ekstrem, seperti pertanyaan orang-orang yang putus asa dalam hidup, pertanyaannya ‘lalu kenapa harus hidup?’

Dibandingkan menjawabnya dengan penjelasan, akan kita mulai dengan pertanyaan. Aku penasaran, bagaimana bisa, kamu yang mengatakan dirimu sendiri itu tidak berguna, masih bisa dipercayai oleh Allah untuk meneruskan kehidupan? Bukankah berarti Allah juga percaya kalau kita masih bisa meneruskan hidup? Tapi kenapa harus hidup? Penjahat dibiarkan hidup. Si tukang maling uang negara juga tetap hidup. Banyak orang-orang yang hidupnya merugikan orang lain tapi masih diberi kesempatan bernafas.

Setiap nafas kita, sebenarnya, adalah kesempatan kita untuk kembali. Bayangkan jika satu kali maksiat, lalu Allah langsung cabut nyawanya. Nyatanya, hingga sekarang, kita masih Allah beri kehidupan, seakan suatu hal yang masih kita emban dan belum dilaksanakan.

Kedua, kenapa harus hidup kalau nggak guna? Coba definisi orang yang nggak berguna itu yang kayak gimana? Di hidup kita sebenarnya klasifikasi semua hal itu hanya ada dua, hanya ada hitam dan putih, tidak ada abu-abu. Kalau seseorang itu tidak memberikan manfaat, dia hanya akan memberikan kerugian. Definisi ‘tidak berguna’ disini, apa berarti kita merugikan kehidupan orang lain?

Yang merugikan hidup orang lain itu orang zhalim bos. Mereka pantas mati karena kerjaannya nyakitin hidup orang lain, bahkan bumi dan hewan-hewan pun sering tersakiti. Kalau kamu merasa dirimu adalah orang zhalim, itu benar, kamu pantas mati. Tapi jika bukan, maka kamu pantas buat hidup.

Frasa tidak berguna disini sama sekali tidak jelas dan ambigu, karena pada nyatanya, kamu adalah orang baik yang bermanfaat untuk lingkunganmu, bukan koruptor dana bansos atau pejabat tidak tahu diri. Setidaknya bikin orang lain ketawa aja itu udah jadi salah satu kebermanfaatan dirimu, karena kamu bikin orang lain bahagia.

Ketiga, optimisme, jangan mau jadi orang yang nggak berguna. Pernah lagi curcol ke kakak, terus tersampaikan tentang doa orang muslim ‘waj’alna lil muttaqiin imaama” (al Furqon: 74), contoh standar optimisme: dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.

Jangan rela untuk menjadi ‘tidak berguna’ sedangkan kamu masih dikasih nafas. Jadilah kaya, untuk bisa bershodaqoh tiap hari. Jadilah orang yang berilmu, biar bisa mengajarkan orang. Jadilah orang baik, yang bisa mendengarkan orang-orang. Orang yang punya tujuan baik, Allah saja mendukung. Kalau Tuhan saja sudah mendukungmu, apalagi yang kamu butuhkan?

Fase-fase sulit, seperti pembahasan awal, itu ada, pasti. Tapi anggaplah itu hanya fase. Hanya sebuah rentang waktu yang akan berakhir. Karena dunia ini seperti roda, ada saatnya kita di atas, ada saatnya kita di bawah. Enjoy and keep your optimism.

Sudut pandang lainnya bahkan datang dari sisi gelap. Di belahan bumi ini, banyak orang-orang yang melakukan perbuatan keji seperti pembunuhan, korupsi dana bansos, pencuci duit, dkk. Jangan mau mati jika mereka semua masih hidup (dalam artian perbuatan mereka semua masih ada di muka bumi ini). Mereka enak ongkang ongkang kaki hasil dari kezhaliman, lalu kenapa kita yang masih punya kesempatan untuk memperbaiki masa depan malah menyerah?

Intinya bray, nggak ada istilah orang yang nggak berguna di dunia ini. Jika rendahnya situasimu mengatakan kamu adalah orang yang nggak berguna, kamu pelan-pelan bisa menjadi orang yang merugikan hidup orang lain. Naikkan taraf optimisme-mu untuk menjadi manusia yang bermanfaat, karena kesempatan hidup merupakan sinyal bahwa Allah masih percaya untuk kita melanjutkan kehidupan. Sisanya, tinggal kita, pilih untuk menjadi manusia yang merugikan, atau membawa kebaikan.

Tetaplah hidup meski keadaan sulit, karena kamu masih dibutuhkan, dan amal baikmu masih menjadi hutang. Tetaplah hidup, dan optimislah. Tetaplah hidup, dan lupakan orang-orang yang mengatakan hal-hal buruk padamu. Tetaplah hidup, dan bersemangatlah.

Tetaplah hidup!

--

--

No responses yet